Ehm...benar tidak ya sebutan ini. Mereka kadang kita temui di jalan raya besar maupun di jalan pedesaan. Mereka suka menghentikan kendaraan berupa mobil bak terbuka atau truk untuk kemudian naik di belakang tanpa ataupun dengan permisi ke pak sopir dan biasanya mereka itu berombongan.
Biasanya saya berangkat ke kantor naik kereta commuter line jabodetabek dari stasiun Depok Lama dan turun di stasiun Sudirman. Kalau kesiangan dan buru-buru, saya turun di stasiun Kalibata kemudian lanjut naik ojek.
Saking seringnya ngojek, saya sampai hapal tukang ojek yang mangkal di situ. Mereka sistemnya antrian, jadi bergiliran tuh siapa yang antar siapa. Tadinya untuk ke kantor yang di daerah Gatsu, saya bayar Rp. 20 ribu. Waktu BBM naik, mereka minta ongkosnya ditambahin Rp. 5 ribu. Jadi deh, sampai sekarang kalau naik ojek saya bayar Rp. 25 ribu sekali jalan. Mahalnyaaa ongkos saya ke kantor.
Tadi pagi, saya kebagian tukang ojek bapak-bapak yang dulu minta tambah ongkos (LAGI!!), dari tarif biasanya. Alasannya muternya jauh, ke Senayan dulu. Waktu itu saya ga kasih tambahan, karena emang uangnya pas banget. Sekarang, orangnya bilang ga mau nganter kalau saya ga kasih tambah. Ya ampun bapak ini! (Sewot sendiri)
Akhirnya saya bilang, "dua ribu aja ya pak". Ok. Ya Allah...bisa tekor saya kalau begini.
Please... pak ojek, jangan minta nambah lagi ya nanti.
Letaknya ada di Jl Moh. Kahfi II, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jaksel.
Menu yang sering dipesan kalau makan di sini bareng sama orang kantor adalah ikan gabus/gurame bumbu pecak plus tempe goreng. Biasanya sambil menunggu pesanan disajikan, kami disuguhi pisang. Begitu pesanan datang, langsung deh kami makan dengan lahap. Rasanya? Nikmaaat...
Lembur kerja?
Dulu waktu masih berstatus single, tinggal masih di kos-kosan, di kantor yang lama saya sering banget lembur. Job desc saya waktu itu adalah membuat laporan rutin untuk disampaikan ke BOD dan BOC. Data-data yang digunakan dalam laporan tersebut harus akurat sesuai yang terjadi di lapangan. Jadi, tiap minggu saya melakukan rapat dengan beberapa vendor terkait progress kerjaan di lapangan. Apakah sudah selesai, apakah ada kendala, kalau ada kendala apa yang bisa dibantu untuk follow up, dan hal-hal lain terkait proyek. Semua hasil rapat tersebut nantinya akan dijadikan bahan dalam pembuatan laporan ke BOC dan BOD. Hal itu rutin dilaporkan setiap minggu, bulan dan tahun. Saya senang-senang saja menerima tugas seperti itu. Bahkan dengan senang hati lemburpun dijalani. Hihi, mungkin karena baru terjun di dunia kerja jadi semangatnya masih menggebu-gebu. Kadang-kadang saking isengnya, ga ad lemburanpun saya ada-adain untuk lembur. Maklum, di kosan juga bingung mau ngapain.
Kalau sekarang? Saya menghindari yang namanya kerjaan lembur. Semaksimal mungkin waktu di kantor digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Jangan sampai kerjaan kantor dibawa ke rumah. Karena di rumah status saya adalah ibu rumah tangga dengan anak yang masih kecil. Selain itu, jarak antara rumah dengan kantor saya saat ini terbilang jauh. Cibinong - Jakarta bok... Jauh kan? Kalau dulu ke kantor cuma jalan kaki dalam hitungan menit, sekarang bisa hitungan jam buat nyampe kantor. Alhamdulillah orang-orang kantor sudah tau kalau rumah saya jauh, jadi kalau ada kerjaan yang mau dilembur sampai malem saya dibolehkan pulang duluan. Paling ga, saya kasih batas sampai waktu maghrib selesai.
Jadi, ada perubahan ritme kerja sekarang. Sekarang kalau lembur paling pas ada kerja tim yang seabrek-abrek. Seperti saat ini pas ada penerimaan cpns baru. Memverifikasi berkas lamaran yang masuk, mengentry data pelamar, juga menyiapkan kartu ujian peserta yang jumlahnya ribuan. Beruntung kerjaan ini dikerjakan bersama-sama.
Semua pasti tahu apa itu headset atau earphone. Benda yang dipasang dengan ditempel ataupun dimasukkan ke telinga untuk membantu kita mendengar suara lebih jelas. Biasanya kita memakai headset ini agar suara yang ingin kita dengar tidak diketahui orang lain. Lebih private. Tapi, apa yang terjadi jika suara yang keluar dari headset juga terdengar oleh orang lain? Tentu sangat mengganggu.
Seperti yang saya alami kemarin waktu naik APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway). Orang di sebelah saya dengan asyiknya mendengarkan lagu, sementara saya yang ingin memejamkan mata sejenak terganggu dengan suara yang lumayan keras terdengar dari headset tersebut. Sebenarnya orang tersebut sadar ga sih kalau lagu yang dia putar suaranya terdengar juga oleh saya? Saya yang tidak memakai headset saja merasa suara tersebut terlalu kencang, bagaimana dengan dia yang memakai headset?
Satu lagi hal yang membuat saya merasa prihatin. Kenapa suara yang sering terdengar dari headset yang mereka dengarkan adalah musik atau lagu-lagu bukan murottal atau kajian, padahal mereka adalah muslim. Kalau saja musik itu dinikmati oleh mereka sendiri sih tidak mengapa. Tapi kalau orang lain ikut mendengar, apa tidak mengganggu? Belum tentu orang lain suka. Jadi, sebaiknya pastikan kita memakai headset yang bagus, sehingga suaranya tidak sampai terdengar orang lain. Bukankah tujuan kita memakai headset untuk itu?
Jl Sudirman - Thamrin dan
Jl S. Parman - Gatot Subroto.
Jadi tidak pegal berdiri seperti ini.