Catatan IIP

Membuat Desain Pembelajaran Sebagai Bentuk Praktek Learning How To Learn

Sunday, February 26, 2017

Saya baru tahu bahwa ketika kita dalam proses belajar, sebelumnya kita harus tahu bagaimana caranya belajar. Learning How to Learn atau belajar bagaimana caranya belajar ini ternyata ada ilmunya sendiri. Bagaimana sebuah proses belajar bisa menjadi lebih efektif sehingga tujuan belajar dapat tercapai dan diterima dengan baik oleh para pembelajar. Sepertinya saya banyak menggunakan kata 'belajar'. Bingung? Sama.

Prakteknya, kita harus membuat sebuah desain pembelajaran yang fungsinya memudahkan kita dalam proses belajar itu sendiri. Sebagai seorang pembelajar, ibu yang sedang terus belajar menapaki universitas kehidupan ini, ternyata ada hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya yaitu membuat desain pembelajaran.

Apa itu desain pembelajaran?
Desain pembelajaran memiliki beberapa arti:
1. Proses untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan pengetahuan dan keterampilan pada diri pembelajar ke arah yang dikehendaki (Reigeluth).
2. Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan (Briggs).
3. Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk menghasilkan program pelajaran atau modul atau suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey AECT 1994).
4. Suatu proses desain dan sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen (Morisson, Ross&Kemp 2007).

Dan ketika searching di mbah google, ternyata ada beberapa macam model desain pembelajaran antara lain model PPSI (1976), model Kemp (1985), model Bela H. Banathy, model Gerlach & Elly, model Dick & Carrie, model ASSURE, dan model ADDIE. Untuk penjelasan detailnya silahkan cari tahu sendiri ya... :)

Lalu, saya mau pakai model yang mana? Sebagai pemula, yang baru pertama kali mencoba membuat desain pembelajaran, saya akan memakai model  yang menurut saya simpel dan ringkas, yaitu model Bela H. Banathy.

Model Bela H. Banathy berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan system  yang mencakup enam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dan...berikut ini desain pembelajaran saya dalam proses belajar menjadi seorang Ibu Profesional.

A. Tujuan Pembelajaran
1. Mampu mengenali bakat, minat dan potensi anak sehingga bisa memfasilitasi dengan baik
2. Mengerti tentang homeschooling
3. Mampu mengatur rumah tangga dengan baik
4. Menjadi pribadi yang lebih baik.

B. Tes Awal
Skip

C. Bahan/Materi Pembelajaran
1. Ilmu mengenal bakat, minat dan ilmu seputar mendidik anak
2. Ilmu mengenai homeschooling
3. Ilmu manajemen rumah tangga
4. Ilmu kepribadian dan komunikasi
5. Ilmu agama

D. Kegiatan Pembelajaran, Waktu dan Tempat
Kegiatan belajar dilakukan secara online dan offline. Online dengan mengikuti perkuliahan via wa, web/internet. Offline dengan mengikuti seminar, workshop, majelis ilmu, playdate, serta berinteraksi dengan sesama pembelajar.

Waktu belajar sesuai milestone yang telah dibuat pada NHW4 dan bersifat fleksibel.

Tempat kegiatan belajar di rumah (70%), sisanya di luar rumah seperti di taman, tempat wisata dan masjid.

E. Pelaksanaan Kegiatan dan Evaluasi
Kegiatan belajar meliputi materi dan praktek, dimana untuk prakteknya akan dilaksanakan sesuai jadwal kegiatan harian. Tes terhadap hasil kegiatan akan dilakukan dengan melihat dampak atau perubahan yang terjadi setelah melaksanakan praktek, apakah sudah sesuai tujuan atau belum. Apakah ada hasil yang terpampang nyata dan bukan fatamorgana.

F. Evaluasi Ulang
Hasil evaluasi dari kegiatan belajar yang sudah dilakukan akan dievaluasi kembali dan dilakukan perubahan jika belum tercapai tujuan yang diinginkan.

Belajar lagi Tia...belajar.
Bismillah... :)

Tips dan Trik

Cara Memblokir Konten Porno di Youtube

Sunday, February 19, 2017

Terkadang, jika kita menonton video di Youtube suka muncul tampilan video pornografi yang tentunya bisa saja tanpa sengaja ditonton oleh anak-anak.
Nah, berikut cara untuk memblokir tampilan konten pornografi di youtube pada hp android.
1. Buka aplikasi Youtube

2. Pilih tiga titik di pojok kanan atas

3. Pilih setelan/setting lalu pilih umum/general

4. Pilih mode terbatas/restrictid mode


5. Selesai

Restrictid mode akan memfilter video-video yang memiliki konten tidak layak (unsur pornografi) bagi anak maupun dewasa. 

Ayo, selamatkan anak-anak kita!

Catatan IIP

Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

Saturday, February 18, 2017


Mendidik anak bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi, dsb. Tapi sejatinya mendidik adalah proses membangkitkan, menyadarkan, dan menguatkan fitrah anak kita sendiri.
Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah, maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya. 

PR dan challenge tersendiri bagi saya untuk bisa mendidik dan mengarahkan anak-anak sesuai fitrah mereka. Menemukan dan menggali potensi, minat, bakat Faiza & Akhdan agar menjadi pribadi yang unggul dan berkualitas, mandiri hingga kelak pada saatnya mereka berpisah dengan kita untuk membangun peradabannya sendiri, menemukan misi spesifik hidupnya. 

Ya Allah...berilah hamba petunjukMu. 

Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya bahwa salah satu ilmu yang ingin saya pelajari dalam peran saya sebagai ibu adalah bagaimana mendidik anak-anak, membantu mereka menemukan bakat & minat, dan menemukan potensi dirinya, passion mereka. Untuk hal ini saya perlu belajar pada suami dan bekerjasama dengannya. 

Jujur, sampai saat ini kalau saya ditanya apa passion saya, saya masih bingung. Berkat nice homework, saya bisa merenung untuk menemukan jati diri saya sebenernya. Terlambatkah? 

Berbeda dengan suami, dia tahu apa yang dimau dan sampai saat ini masih konsisten dan tekun terhadap minatnya. Semoga anak-anak bisa seperti suami. Tahu apa yang dimau dan tekun untuk upgrade ilmu. Kalau saya? Kok sepertinya saya berubah-ubah ya? 

Ceklist indikator yang pernah saya buat sebenarnya mampu membuat saya lebih fokus berbenah menjadi diri yang lebih baik, tetapi kadangkala ada saja yang meleset. Seperti misalnya saya akan sholat 5 waktu tepat setelah adzan selesai berkumandang, kenyataannya molor satu jam setelah adzan berkumandang. Begitu juga dengan sholat rowatib, lebih banyak tidak dikerjakan. Hikz. Godaan duniawi terlalu kuat menarik diri ini. Perlu komitmen dan kesadaran tinggi untuk bisa konsisten menjalankannya. Target sendiri, dilanggar sendiri. Bolehkah dilonggarkan? 

Seiring perjalanan dan hasil perenungan setiap kali mendapat tugas nice homework, saya menjadi tahu, mungkin Allah ingin saya bisa meluangkan waktu lebih banyak sama keluarga. Allah ingin saya lebih dekat dengan anak-anak, agar saya bisa mengenali sifat, karakter, minat serta bakat anak-anak. Karena jika saya masih disibukkan dengan kegiatan di luar rumah (bekerja), mungkin saya tidak bisa cermat mengenal mereka. 

Benarlah adanya bahwa mendidik anak memang tidak bisa didelegasikan kepada orang lain. Yang tahu karakter dan sifat anak seharusnya adalah kita, orang tuanya. Menanamkan akhlak yang baik. Mengajarkan aqidah Islam. Terlalu dini untuk menyerahkan pendidikan mereka pada orang lain. Waktu dan kebersamaan yang tak bisa diulang. Salah satu alasan suami untuk meminta saya resign dari pekerjaan dan kemudian saya amini. 

Maka dari itu, saya harus lebih banyak belajar dan belajar. Belajar ilmu mengenal minat dan bakat anak, mengenal sifat dan karakter anak, ilmu komunikasi.
Misi hidup: menjadi ibu profesional yang membanggakan anak-anak
Peran: motivator bagi suami dan anak-anak. Aha! 

Milestone yang saya tetapkan sebagai berikut:
Km 0: Sekarang usia 31th
Km 1 (1 tahun) : Menguasai ilmu pendidikan akhlak
Km 2 (6 bulan) : Menguasai ilmu mengenal bakat dan minat anak
Km 3 (6 bulan) : Mempelajari ilmu tentang homeschooling
Bismillah...semoga saya bisa konsisten. 

Catatan Kuliner

Pertama Kali Nyicip Lontong Kupang

Saturday, February 18, 2017

Awalnya gara-gara pas main ke rumah tante, beliau nanya "Ya, seneng lontong kupang ga?" Lagi laper ditanya makanan saya jawab "Seneng mba."

Dalam benak saya lontong kupang itu lontong yang dikasih bubuk kedelai banyak gitu mirip lontong yang beli di Maospati (tempat mbah). Dasarnya emang saya ga pantang apa-apa sih kalau soal makanan. Hayu aja gitu kalau nyoba makanan baru. "Yowis, ngko tak gawekne Ya." kata tante. (Yasud, nanti tak bikinkan).

Selanjutnya tante cerita kalau beliau sering jajan lontong kupang bareng bapak di Madiun. Oh...

Esoknya kami sekeluarga berencana main ke tempat yang lagi kekinian di Madiun, Hutan Pinus Nongko Ijo. Kalau yang saya baca di internet dan saya bayangin sih tempatnya seperti Hutan Pinus Gunung Pancar, Sentul. Asyik...

Berangkat lewat kota Madiun, mampir dulu ke warung Lontong Kupang langganan bapak. Karena ini pertama kalinya saya nyoba, bapak sampai pesan "Nek ga entek, wehne pa'e." (Kalau ga habis kasih bapak.)


Warungnya kecil, tapi yang dateng banyak. Kata bapak yang jual lontong kupang di Madiun langka. Nyarinya susah. Ibunya cekatan sekali meladeni pesanan. Cepet banget. Selain lontong kupang ada juga lontong balap. Karena penasaran dengan lontong kupang, saya pesan lontong kupang. Semoga cocok di lidah ya...

Pas disajiin, hi...ini apaan yang kecil-kecil. Ternyata itu yang dimaksud kupang, kerang putih yang ukurannya kecil-kecil buanget. Biarpun kecil, kandungan gizinya banyak. Soalnya kupang termasuk hewan laut.


Oalaaah baru tahu saya, ternyata lontong kupang itu lontong dikasih bumbu petis trus disiram kuah kupang yang dimasak, ditambah lauk lentho (olahan dari kacang kedelai). Lauknya bisa ditambahin sate kerang. Kalau mau pedas bisa ditambahin sambel. Rasanya manis legit pedes. Bumbu petisnya kerasa banget. Kurang diaduk kali ya? Pas nyicipin kupangnya, rasanya seperti mengunyah biji wijen. Saking banyaknya kupang, setengahnya saya kasih bapak. Well, beliau emang suka.

Harga seporsi lontong kupang cukup murah, hanya Rp 10.000,-. Lentho-nya boleh nambah ternyata, mau nambah satu atau sepuluh gratis. Sate kerangnya lebih mahal. 10 tusuk harganya Rp 20.000,-

Rasa penasaran hilang, perut sudah kenyang. Saatnya lanjutkan perjalanan. Bolehlah balik lagi kapan-kapan. Mungkin nyobain lontong balapnya. Kenapa bapak suka banget ya? 



Catatan IIP

Membangun Peradaban dari Dalam Rumah

Saturday, February 11, 2017

Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya.

Membangun peradaban dengan mendidik anak-anak adalah tanggung jawab orang tua, dalam hal ini saya dan suami. Oleh karena itu kami harus laksanakan dengan sungguh-sungguh. Karena mereka adalah titipan/amanah dari Allah. Visi dan misi keluarga harus dilaksanakan berdua agar tercapai. Untuk itu harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antarpasangan.

Ada yang merasa tidak, kalau kesibukan dan rutinitas kita sehari-hari kadangkala membuat kita abai terhadap pasangan. Bukan dalam hal menjalankan tugas dan kewajiban, tetapi abai terhadap perasaan cinta. Mentang-mentang dia sudah menjadi pasangan hidup kita, seakan-akan sudah pasti dia milik kita. Dalam tugas nice homework kali ini, kami diminta untuk menumbuhkan kembali perasaan cinta kepada pasangan dengan cara membuat surat cinta. Ya betul. Surat Cinta! Wah...dalam hati seumur-umur belum pernah menulis surat cinta. Kalau nulis surat lamaran kerja sering.

Agak berat sebenarnya tugas kali ini. Timingnya kurang tepat. Menurut saya pribadi, saya kurang maksimal dalam mengikuti perkuliahan online minggu ketiga ini. Mengapa? Karena....
1. Ayah saya dari Jawa kebetulan berkunjung ke rumah. Selama empat hari saya harus menemani beliau dengan agendanya selama di sini.
2. Atas izin suami, saya dan anak-anak ikut beliau kembali mudik ke kampung halaman. Nanti suami menyusul setelah waktunya longgar. Rencananya sekalian liburan bareng keluarga.
3. Menulis surat cinta! Jujur. Saya belum pernah. Mana diminta melihat respon suami. Lha saya lagi LDR, huhu. Kebetulan banget pak suami juga lagi sibuk luar biasa. Responnya apa coba? Cuma kasih emoticon love love love via wa. Alamak....itu kan saya nulis surat sudah panjang kali lebar, responnya begitu. Huhu . Ketika dikilik-kilik lagi buat bikin surat balasan, yang ada cuma bilang "Maaf mih. Papih lagi sibuk."  Tepok jidat deh...
4. Akses internet di rumah orang tua biarpun pakai wifi tetap aja tidak secepat dan semulus di rumah saya sendiri. Maklum, kadang suka nyala dan mati sendiri.
5. Kebetulan pas hari Sabtu jadwal pengumpulan nhw (posisi belum menulis di blog), saya ikut ke RS menjenguk keluarga yang habis operasi & ikut belanja keperluan ujian sekolah bapak. Hp dalam keadaan minim baterai. Biasanya nulis di blog via hp.

Beginilah kalau suka menunda-nunda pekerjaan. Tugasnya sudah mepet dateline, dan belum beres. Minta dispensasi sampai 2x. Huhu . Mana komitmenmu Tia...?! What...dzig. Pengen ninju badan sendiri.

Komitmen & Konsisten!
Komitmen & Konsisten!

Tapi memang benar lho, berkat tugas yang diberikan ini, pikiran saya menjadi lebih jernih, perasaan menjadi lega, plong rasanya. Seakan-akan saya jatuh cinta lagi. Oh Allah... You guide me to meet him. And make us loving each other.

Semua pasti ada alasannya. Mengapa Allah pasangkan saya dengan suami. Kelebihan dan kekurangan suami menjadi pelengkap bagi kelebihan dan kekurangan saya. Saling melengkapi. Saling introspeksi. Dia yang membimbing saya. Yang mengingatkan kalau saya lalai. Yang memberi contoh dengan tindakan.

Si merah korelis bertemu si kuning sanguinis. Si kekeuh nan perfect bertemu si easy going. Si gerak cepat bertemu si santai. Kadang saya suka dimarahin kalau terlalu lelet. Tapi saya tidak sakit hati, karena saya menganggap inilah tes bagi saya, latihan. Hehe.

Anak-anak juga begitu. Allah menitipkan kepada kami anak-anak dengan sifat dan karakternya masing-masing. Melengkapi romantika keluarga kami supaya lebih berwarna.
Anak pertama saya, Faiza (4 th), mewarisi sifat dominan ayahnya. Si merah. Kekeuh pisan kalau punya kemauan. Tidak mudah goyah akan godaan kiri kanan. Meskipun masih kecil, dia sudah tahu apa yang dia mau. Persis suami saya. Klop deh kalau sudah membentuk grup. Lalu saya segrup sama siapa?

Tipe pemimpin. Maunya diturutin, mengkomando. Bagus sih, karena dia anak pertama dan cucu pertama.

Hal yang paling disukai adalah kegiatan fisik seperti lompat-lompat, senam yoga, koprol, lari-lari. Susah bertahan diam lebih dari semenit. Energinya luar biasa. Akankah dia seorang atlet? Wallahu alam.

Kalau ditanya, kadang dia menjawab ingin menjadi dokter. Kadang-kadang ingin menjadi astronot. Kadangpula menjawab ingin menjadi chef. Yup betul! Dia suka memasak. Dia senang sekali dilibatkan di dapur. Akankah itu potensimu nak? Maafkan bunda ya nak kalau kurang sabar jika kamu ikut-ikutan di dapur.

Sisi kecerdasan emosinya menurut saya baik. Dia sudah mengenali ekspresi orang. Jika ada yang marah atau salah, dia akan menegur. Jika ada yang sedih, dia akan menghibur. Tentu saja dengan caranya yang khas anak-anak. Yang membuat saya terharu, ketika saya sakit dia tidak akan mengganggu. Dia membiarkan saya beristirahat. Begitu juga ketika ayah atau adiknya sakit. Dia akan mengajak main anggota keluarga lain. Sifat ngemongnya sebagai anak pertama tampak. Tapi dia juga peniru ulung. Maka dari itu saya, suami, dan keluarga sepakat bahwa kita harus hati-hati dalam berucap maupun bertindak ketika di depannya.

Anak kedua, Akhdan (8 bln), belum kelihatan akan seperti apa. Yang saya yakini, insyaAllah dia akan menjadi anak yang sholeh, sehat, cerdas, kreatif dan humble. Humble karena murah senyum, diajak siapapun mau, tidak merepotkan orang tuanya. Sayang sama kakaknya. Darimana tahunya? Karena tiap kali kakaknya merebut mainan atau gemas padanya dia tidak membalas. Hehe.

Akan bercita-cita menjadi apa anak-anak nanti, kami serahkan pada mereka. Semoga kami bisa maksimal dalam membantu mereka mengenali potensi diri & mendidik mereka. Aamiin.

Alhamdulillah lingkungan tempat tinggal kami cukup baik. Kami tinggal di komplek. InsyaAllah komplek perumahan kami dihuni oleh orang-orang yang sholeh. Kenapa?
1. Masjid komplek kami selalu mengadakan kajian bulanan dimana yang hadir selalu banyak
2. Setiap minggu ada kegiatan majelis taklim untuk ibu-ibu maupun bapak-bapak

Tapi, mengingat komplek kami memiliki akses terbuka maka kami tetap harus hati-hati akan keamanan. Kadang suka parno sendiri kalau sudah membaca berita tindakan kriminalitas, apalagi kalau korbannya anak-anak. Hii...ngeri. Mungkin dengan tinggal di komplek yang selalu ada patroli keamanan seperti di rumah kami, perasaan kami lebih nyaman dan aman. Kebetulan rumah kami bukan di jalan utama, karena suami suka ketenangan, tidak suka bising. Allah memang Maha Tahu yang diinginkan hamba-Nya.

Ya Allah...berilah petunjukMu selalu ya Allah. Aamiin...

P.S. 
Akhirnya surat elektronik saya dibales juga sama pak suami. Isinya koreksian semua. Bahan introspeksi dan perbaikan diri. Saya harus lebih rajin, belajar jadi pendengar yang baik, dan belajar mengatur menu harian keluarga. Yang terakhir bener banget. Suami memang pengertian sekali. :)


Catatan IIP

Menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga

Friday, February 03, 2017

Apa itu Ibu Profesional?
Ibu Profesional adalah seorang perempuan yang bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya & yang senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu agar bisa bersungguh-sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik.
(Sumber: IIP)

Menjadi ibu profesional kebanggaan keluarga adalah cita-cita saya saat ini. Menjadi istri yang didambakan suami, menjadi ibu yang selalu bisa diandalkan & dibanggakan oleh anak-anak, serta menjadi pribadi yang sholehah yang senantiasa bersyukur, semangat dan tetap bisa produktif berkarya. Aamiin... :)

Dan...indikator profesionalisme perempuan bagi saya sebagai berikut:
A. Sebagai Individu
Untuk membentuk pribadi yang sholehah:
1. Sholat wajib di awal waktu, segera bersiap menunaikan ketika adzan selesai berkumandang
2. Sholat sunnah rawatib setiap sholat 5 waktu. Minimal sebelum Shubuh.
3. Sholat tahajud ketika terbangun tengah malam. Apabila masih terjaga sampai malam (belum tidur) karena begadang lakukan sholat dulu sebelum tidur.
4. Membaca dzikir pagi sehabis sholat shubuh & membaca dzikir petang sehabis sholat maghrib.
5. Sholat Dhuha 4 rakaat jam 9 setiap hari
6. Datang ke acara pengajian seminggu sekali di komplek rumah
7. Datang ke acara pengajian sebulan sekali di masjid-masjid. Saya menyebutnya safari masjid.
7. Membaca Al Quran minimal 1 lembar sehabis sholat wajib.

Untuk membentuk pribadi yang sehat, semangat dan produktif:
1. Bangun pagi jam 4 sebelum Shubuh
2. Minum 8 gelas air setiap hari
3. Membaca 1 buah buku baru/lama dalam sebulan
4. Membaca majalah parenting 1 pcs sebulan
5. Menulis di blog pribadi minimal 1 buah tulisan setiap bulan
6. Berenang 1x seminggu setiap hari Selasa setiap bulan
7. Mengelola toko online malam hari setelah anak-anak tertidur
8. Membalas pesan yang masuk via hp pada saat tidak melakukan aktivitas dengan anak. Stop curi-curi waktu ya....
9. Mengikuti acara seminar atau workshop yang diadakan oleh komunitas

B. Sebagai Istri
1. Menyiapkan sarapan & minuman sebelum suami mulai beraktifitas pagi jam 7
2. Tampil bersih, rapi & wangi setiap saat setiap hari. Sehabis melakukan aktifitas yang sifatnya menguras tenaga seperti memasak dll, pastikan pakaian & bau badan tidak tercium bau yang tidak sedap dengan ganti pakaian.
3. Memastikan rumah dalam keadaan rapi, tidak berantakan, barang-barang pada tempatnya setiap saat setiap hari.
4. Mengelola anggaran keuangan selama sebulan sesuai dengan pos-posnya masing-masing.
5. Memastikan pembayaran listrik dan internet pada waktunya. Tidak telat. Listrik setiap awal bulan tanggal 1 & Internet setiap akhir bulan tanggal 20.
6. Tidak cerewet. 😆 Padahal saya ngerasa cerewet pada tempatnya.
7. Jalan-jalan berdua dengan suami sebulan sekali sebagai sarana bertukar pikiran, refreshing
8. Memastikan asupan gizi suami setiap hari
9. Menjadi teman curhat, bertukar pikiran yang baik bagi suami

C. Sebagai Ibu
1. Memastikan asupan gizi anak-anak setiap hari
2. Mengajak ke posyandu setiap awal bulan tanggal 5 (kakak & adik) untuk memantau tumbuh kembang mereka
3. Mengajak si kakak ke acara playdate komunitas homeschooling minimal sebulan sekali
4. Mengajarkan si kakak 1 bulan 1 buku atau 1 materi sampai menguasai/paham
5. Mengajarkan mengaji 1 lembar setiap sore per hari
6. Mengajarkan baca tulis si kakak 1 jam sehari
7. Mengajak bermain di lingkungan komplek untuk mengajarkan sosialisasi
8. Membacakan 1 buah buku yang dipilih setiap malam sebelum tidur
9. Mengajak berenang sekali seminggu
10. Mengajak jalan-jalan/rihlah ke acara masjid atau taman bermain minimal 2x sebulan

Indikator profesionalisme di atas saya buat menggunakan metode SMART yaitu
- Specific (Unik/Detail)
- Measurable (Terukur)
- Achievable (Dapat dicapai)
- Realistic (Berhubungan dengan kondisi sehari-hari)
- Time Bond (Ada batas waktu)

InsyaAllah, semoga bisa konsisten.