Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah
Saturday, February 18, 2017
Mendidik anak bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi, dsb. Tapi sejatinya mendidik adalah proses membangkitkan, menyadarkan, dan menguatkan fitrah anak kita sendiri.
Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah, maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya.
PR dan challenge tersendiri bagi saya untuk bisa mendidik dan mengarahkan anak-anak sesuai fitrah mereka. Menemukan dan menggali potensi, minat, bakat Faiza & Akhdan agar menjadi pribadi yang unggul dan berkualitas, mandiri hingga kelak pada saatnya mereka berpisah dengan kita untuk membangun peradabannya sendiri, menemukan misi spesifik hidupnya.
Ya Allah...berilah hamba petunjukMu.
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya bahwa salah satu ilmu yang ingin saya pelajari dalam peran saya sebagai ibu adalah bagaimana mendidik anak-anak, membantu mereka menemukan bakat & minat, dan menemukan potensi dirinya, passion mereka. Untuk hal ini saya perlu belajar pada suami dan bekerjasama dengannya.
Jujur, sampai saat ini kalau saya ditanya apa passion saya, saya masih bingung. Berkat nice homework, saya bisa merenung untuk menemukan jati diri saya sebenernya. Terlambatkah?
Berbeda dengan suami, dia tahu apa yang dimau dan sampai saat ini masih konsisten dan tekun terhadap minatnya. Semoga anak-anak bisa seperti suami. Tahu apa yang dimau dan tekun untuk upgrade ilmu. Kalau saya? Kok sepertinya saya berubah-ubah ya?
Ceklist indikator yang pernah saya buat sebenarnya mampu membuat saya lebih fokus berbenah menjadi diri yang lebih baik, tetapi kadangkala ada saja yang meleset. Seperti misalnya saya akan sholat 5 waktu tepat setelah adzan selesai berkumandang, kenyataannya molor satu jam setelah adzan berkumandang. Begitu juga dengan sholat rowatib, lebih banyak tidak dikerjakan. Hikz. Godaan duniawi terlalu kuat menarik diri ini. Perlu komitmen dan kesadaran tinggi untuk bisa konsisten menjalankannya. Target sendiri, dilanggar sendiri. Bolehkah dilonggarkan?
Seiring perjalanan dan hasil perenungan setiap kali mendapat tugas nice homework, saya menjadi tahu, mungkin Allah ingin saya bisa meluangkan waktu lebih banyak sama keluarga. Allah ingin saya lebih dekat dengan anak-anak, agar saya bisa mengenali sifat, karakter, minat serta bakat anak-anak. Karena jika saya masih disibukkan dengan kegiatan di luar rumah (bekerja), mungkin saya tidak bisa cermat mengenal mereka.
Benarlah adanya bahwa mendidik anak memang tidak bisa didelegasikan kepada orang lain. Yang tahu karakter dan sifat anak seharusnya adalah kita, orang tuanya. Menanamkan akhlak yang baik. Mengajarkan aqidah Islam. Terlalu dini untuk menyerahkan pendidikan mereka pada orang lain. Waktu dan kebersamaan yang tak bisa diulang. Salah satu alasan suami untuk meminta saya resign dari pekerjaan dan kemudian saya amini.
Maka dari itu, saya harus lebih banyak belajar dan belajar. Belajar ilmu mengenal minat dan bakat anak, mengenal sifat dan karakter anak, ilmu komunikasi.
Misi hidup: menjadi ibu profesional yang membanggakan anak-anak
Peran: motivator bagi suami dan anak-anak. Aha!
Peran: motivator bagi suami dan anak-anak. Aha!
Milestone yang saya tetapkan sebagai berikut:
Km 0: Sekarang usia 31th
Km 1 (1 tahun) : Menguasai ilmu pendidikan akhlak
Km 2 (6 bulan) : Menguasai ilmu mengenal bakat dan minat anak
Km 3 (6 bulan) : Mempelajari ilmu tentang homeschooling
Km 0: Sekarang usia 31th
Km 1 (1 tahun) : Menguasai ilmu pendidikan akhlak
Km 2 (6 bulan) : Menguasai ilmu mengenal bakat dan minat anak
Km 3 (6 bulan) : Mempelajari ilmu tentang homeschooling
Bismillah...semoga saya bisa konsisten.
0 comments