7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Anak

Wednesday, October 19, 2016

Oleh: Dr. Jasim Al- Muthawwa’ (Pakar Parenting dari Kuwait)

Mungkin pembaca terkejut ketika mengetahui bahwa penyebab pertama meningkatkan kecerdasan dan ketajaman nalar adalah (cinta). Jika kita curahkan cinta dan kasih sayang pada anak melalui kata-kata, sentuhan dan rangkulan, maka jiwanya akan stabil (tenang) dan merasa diterima oleh orang tuanya, lalu bertambah kedermawanannya, kelembutannya dan kecerdasannya.

Penelitian dan pengalaman telah menunjukkan itu semua, setiap kali ibu menghadirkan cinta sejak dini bagi anaknya, maka ia telah memberikan kontribusi dalam mengembangkan nalar otaknya untuk kecerdasan, pembelajaran dan ingatan.

Sebab kedua meningkatkan kecerdasan anak adalah mengaktifkan pancaindranya yaitu; (penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan rasa) untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Dan ini membutuhkan pendidikan dan latihan dari kedua orang tuanya.

Sebab ketiga, kita mendengarkan anak dan berbicara dengannya, anak bisa belajar mengevaluasi ide-ide dan analisisnya dari mendengarkan dan meninjau kembali idenya. Belajar berbicara bisa melatih otaknya untuk menganalisa dan mengambil kesimpulan.

Sebab keempat, menghafal Al-Quran, mentadabburi maknanya, memahami ayat-ayatnya dan membaca tafsirnya. Al-Quran mengajak kita merenung dan mentadabburi penciptaan langit dan bumi, itu semua bisa menggerakkan pikiran. Selain itu menghafal Al-Quran dan mereview (memuraja’ahnya) bisa mengaktifkan sel-sel otak dan membuat mereka selalu termotivasi. Karena itu, para penghafal Al-Quran jarang yang pikun ketika menginjak usia tua.

Sebab kelima, memberikan permainan yang berkontribusi pada pertumbuhan kecerdasan anak, baik permainan verbal seperti teka-teki, atau permainan olahraga yang memerlukan perencanaan, seperti menyerang dan bertahan, atau game yang bersandar pada hitungan, atau permainan elektronik yang butuh kecepatan berpikir.

Sebab keenam, mengunjungi situs-situs dan tempat-tempat untuk memperperkenalkan pada anak para penemu dan orang-orang cerdas dan belajar bagaimana menghadapi kesulitan hidup dan masalahnya, serta juga mengunjungi museum atau situs-situs arkeologi kuno atau mengunjungi orang-orang cerdas.

Sebab ketujuh, mengkonsumsi makanan yang bisa mengaktifkan memorinya dan bisa meningkatkan kecerdasan. Pembaca bisa mencari jenis-jenis makanan tersebut di internet atau bertanya kepada pakar di bidang makanan yang bisa menunjukkan makanan tersebut.

Inilah tujuh sebab yang bisa meningkatkan kecerdasan dan ketajaman nalar anak.

Barang siapa yang mengkaji dan merenungkan siroh para Nabi, para sahabat, dan ulama’ akan menemukan bahwa sifat cerdas melekat pada mereka. Ini yang menyebabkan mereka berbeda dengan yang lain.

Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, tatkala hijrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar memboncengnya, lalu bertemu suatu kaum, mereka bertanya: “Siapa yang bersamamu?”. Abu Bakar menjawab: “Penunjuk jalan yang menuntunku”. Inilah jawaban cerdas Abu Bakar agar tidak diketahui rahasia hijrahnya.

Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu suatu hari dihadirkan padanya para pemuda yang mencuri unta seseorang. Tatkala umar melihat tubuh mereka kurus, ramping dan menderita karena fakir serta terlihat wajah mereka kuning, Umar berkata kepada tuannya: “Aku hampir saja menghukum mereka kalau tanpa sepengetahuanku bahwa kamulah penyebab kelaparan mereka. Ketika mereka lapar mereka mencuri, aku tidak akan menghukum mereka, tapi aku akan menghukummu”. Maka diketahui dari keadaan mereka bahwa mereka dizalimi. Inilah sikap cerdas Umar.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya masalah seorang suami yang bersumpah untuk mencerai istrinya jika dia tidak menjima’nya di siang hari bulan Ramadhan. Ali menjawab: “Lakukan safar agar kamu bisa menjima’nya di siang hari bulan Ramadhan”. Ali memberikan solusi dari masalah dan menjaga keutuhan keluarga dengan jawaban cerdas.

Imam Abu Hanifah rahimahullah ditanya oleh seseorang: ” Jika aku melepas bajuku dan mandi di sungai, kemanakah aku menghadap? Ke arah kiblat atau membelakanginya?”. Dengan tenang Abu Hanifah menjawab: “Sebaiknya kamu menghadapkan wajahmu kearah dimana pakaianmu berada agar tidak dicuri orang”. Inilah jawaban cerdas sang imam walaupun secara dzahir jawaban humor.

Seperti inilah ulama-ulama kita. Karenanya Al-Quran memaparkan kepada kita model kecerdasan hingga kita bisa menjadikan konsep dalam mendidik anak-anak kita. Seperti tindakan ratu Balqis ketika menguji Nabi Sulaiman dengan hadiah. Tindakan saudarinya Musa mengirim Musa kepada ibunya agar disusui dengan cara yang cerdas. Tindakan Asiyah yang cerdas dalam menjaga Musa saat kecil dari kekerasan dan keberingasan Fir’aun dalam membunuh para wanita dan anak-anak.

Banyak kisah dalam sejarah kita yang mengisahkan kecerdasan Aisyah radhiyallahu ‘anha, kecerdasan Khalid bin Walid, Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhum dan banyak lagi yang lainnya. Tetapi yang paling penting dari itu semua bagaimana kita mentransfer pemahaman-pemahaman dan nilai-nilai qur’ani-nabawi ini pada realita praktis di rumah-rumah kita bersama anak-anak dan masuk pada kurikulum pendidikan kita.

Kita berusaha mencerdaskan anak-anak dan perhatian dalam menumbuhkan nalar mereka agar mereka bisa berkontribusi di masa depan membangun negerinya dan berkhidmah untuk agamanya.

Ustadz Fadhail

PJ. Syariat Kuttab Al Fatih Surabaya

You Might Also Like

0 comments