Salah Satu Contoh Peta Arah Kawasan Solo |
Libur lebaran tahun ini lumayan lama sekitar satu minggu, ditambah saya mengambil cuti tahunan lima hari kerja jadilah libur lebaran saya dan suami menjadi dua mingguan. Kesempatan libur seperti ini kami manfaatkan untuk jalan-jalan bersama keluarga. Salah satu tujuan wisata kami ke kota Solo.
Kota Solo atau Surakarta ini lumayan dekat dengan kota kelahiran saya, Madiun.
Kami berangkat dari rumah pagi hari sekitar jam 7 sampai Solo sekitar jam 10. Tujuan pertama adalah Keraton Surakarta dan sekitarnya. Dari kawasan keraton, kami jalan kaki menuju ke Pasar Klewer untuk melihat koleksi batik. Suami saya memborong blankon untuk dipakai foto keluarga besar nanti. Satu blankon dihargai Rp. 25.000,- setelah acara tawar menawar. Oiya, sudah menjadi informasi umum kalau belanja di Pasar Klewer kita harus bisa nawar harga jika tidak mau dibanderol harga tinggi. Karena tidak bisa menawar, akhirnya saya tidak berani membeli batik di sini. Takut kena harga mahal. Kami pun memutuskan makan siang di warung makan depan Masjid Agung, tepat di seberang Pasar Klewer. Makanannya enak-enak lho. Saya memesan garang asem, sedangkan suami dan orang tua saya memesan kupat tahu.
Masjid Agung Keraton Surakarta |
Kami melaksanakan sholat Dzuhur di Masjid Agung. Suasana masjid waktu itu ramai sekali. Banyak pengunjung beristirahat di pelataran masjid. Bagian dalam masjid pun dipenuhi dengan beberapa jamaah laki-laki dan perempuan. Enak sekali beristirahat di Masjid Agung ini, rasanya adem. Air wudhunya dingin dan segar. Kamar mandinya juga bersih. Anak saya (Faiza) senang berlarian di pelataran masjid. Setelah puas beristirahat sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan kembali menuju Kampung Batik Kaoeman.
Di Solo terdapat dua kampung batik. Kampung Batik Kaoeman yang berada di belakang Masjid Agung dan Kampung Batik Laweyan yang letaknya kurang lebih 3 km dari lingkungan keraton. Kami memutuskan untuk pergi ke Kampung Batik Kaoeman saja yang jaraknya lebih dekat dan bisa naik becak dengan tarif Rp. 5000,- saja (sudah PP). Yeay Yeay!! Akhirnya Faiza naik becak....
Kami pun diantar bapaknya ke lokasi kampung batik yang menyediakan harga grosir. Setelah melihat-lihat dari satu rumah ke rumah lainnya dan tidak ada yang cocok, kami pun meminta bapaknya mengantar kami ke rumah batik "Gunawan Setiawan". Dari hasil searching di Google, rumah batik Gunawan Setiawan ini katanya wajib dikunjungi. Ternyata, tempatnya putar balik dari lokasi rumah batik yang grosiran. Benar saja, setelah sampai di lokasi rumah batik "Gunawan Setiawan" kesan elegan langsung terasa. Rumahnya tertata apik, dengan koleksi batik yang tidak pasaran dan modelnya pun bagus-bagus. Tapi, memang sih kalau yang bagus itu harganya juga bagus. Harga batik di sini ada yang ratusan ribu sampai ratusan juta.
Dress anak saya harganya Rp. 175 ribu. Sedangkan kemeja batik suami saya harganya Rp 350 ribu. Saya pun menahan diri untuk tidak tertarik membeli, meskipun sebenarnya mupeng juga. Kata suami saya, "Cukuplah bajumu setumpuk di lemari." Hahaha, benar juga sih kemarin sebelum lebaran saya sudah belanja baju duluan. Ya sudah deh, akhirnya yang tidak beli saya sendiri.
Oiya, di rumah batik "Gunawan Setiawan" ini kita bisa menyaksikan pekerjanya membuat batik. Ada yang membuat pola, mewarnai dengan canting. Proses membuat batik bisa kita saksikan di rumah ini. Kalau lagi ada jadwal workshop, kita pun bisa mencoba membuat batik. Sayangnya waktu kami datang, sedang tidak ada jadwal workshop.
Setelah puas di sini, kami pun diantar kembali bapaknya ke Keraton. Kami pun melaksanakan sholat Ashar di Masjid Agung kemudian melanjutkan perjalanan kembali menuju kota Yogyakarta untuk menyaksikan Sendratari Ramayanan Prambanan.