Sifat Unik Tokoh Nasional (2)

Friday, October 07, 2011

Masih lanjutan dari artikel sebelumnya. Mumpung ada waktu buat posting.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX -- Dermawan


Sri Sultan HB IX adalah raja yang tak hanya dicintai rakyat DIY, tetapi juga oleh rakyat Indonesia. Saat Agresi Militer II (1949), Sultan memberi bantuan dari pundi-pundi pribadinya. Mata uang Belanda yang seharusnya dimusnahkan, disimpannya sebagai kas kasultanan. Itulah yang secara diam-diam dibagikan pada para pegawai pusat maupun daerah.
Istri para petinggi yang suaminya ditahan pun mendapat bagian, antara lain Ny. Fatmawati dan Ny. Rahmi Hatta. Ibu Hatta masih menyimpan kenang-kenangan beberapa rupiah logam perak pemberian Sultan yang demokratis itu. Mungkin kedermawanan itu dapat ditiru para petinggi yang kaya raya di masa kini.


Ki Hajar Dewantoro -- Kritik yang Menggegerkan Penjajah

Tahun 1913 Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantoro dengan tajam menyerang Belanda melalui tulisan “Als Ik Nederlander was” yang dimuat di De Express. Dalam tulisan yang dimaksudkan bagi peringatan seabad Nederland merdeka itu Ki Hajar berandai-andai, misalnya dia orang Belanda, dia akan memberikan kemerdekaan kepada tanah jajahannya.
Tulisan itu menggegerkan Belanda. Di dalam negeri, gayung pun bersambut. Komite Bumiputera yang dibentuk kaum terpelajar Indonesia minta kepada Ratu Belanda untuk selekas mungkin merealisasikan “Indisch Parlement” di Hindia, nama Indonesia waktu dijajah Belanda. Akibatnya, Ki Hajar harus menghadap Parket (Kejaksaan) Belanda dan menempuh segala risiko.


H. Agus Salim dan Pangeran Muda Inggris

Ketika Putri Elizabeth dinobatkan menjadi Ratu Inggris menggantikan ayahandanya yang mangkat, pemerintah RI mengutus Haji Agus Salim dan Sri Pakualam VIII. Pangeran Philip yang masih muda tampak canggung menghadapi para tamu yang kebanyakan lebih tua. Menyadari situasi itu, H. Agus Salim, sang diplomat yang menguasai delapan bahasa asing, mendekati Pangeran Philip seraya mengayun-ayunkan rokok kretek.
“Apakah Paduka mengenal bau rokok ini?” ia bertanya.
Pangeran Philip menjawab ragu. Ia tak mengenal aroma rokok itu. Sambil tersenyum H. Agus Salim berkata, “Inilah yang menyebabkan bangsa Paduka beramai-ramai mendatangi negeri saya.” Sang Pangeran tertawa, suasana pun menjadi cair. Ia jadi bergerak luwes menghadapi para tamu.


M. Hoesni Thamrin -- Dikagumi Teman, Disegani Lawan

Putra Jakarta ini anggota Volksraad, jago pidato yang dikagumi teman dan disegani lawan. Ketika debat di Volksraad mengenai anggaran belanja Hindia Belanda tahun 1940, Thamrin berani menuduh pemerintah kolonial secara culas mengambil kedudukan istimewa. Pemerintah tidak tunduk pada rakyat, tapi rakyat dipaksa tunduk pada pemerintah jajahan. Drossaers yang mewakili pemerintah jajahan menolak usaha ke arah Indonesia merdeka. Rupanya ia “kuwalat”. Setelah Jepang menduduki Indonesia dan Drossaers pulang ke negerinya setelah perang usai, ia dipecat dari kedudukannya selaku direktur Binnenland Bestuur.
Thamrin meninggal setelah ditahan polisi selama lima hari, yang menimbulkan tanda tanya besar di kalangan publik. Deretan pengantar jenazahnya menuju pemakaman sangat panjang.

You Might Also Like

0 comments