Senyum Odong-Odong

Tuesday, January 10, 2017

Dengan iringan lagu anak-anak, kaki bapak itu mulai mengayuh kereta odong-odong. Biasanya, ada satu atau dua anak yang naik odong-odong dengan kursi yang dibentuk seperti boneka beruang atau kucing. Bapak itu baru berhenti mengayuh ketika anak-anak yang rata-rata masih batita tersebut sudah mulai bosan. Biasanya saya panggil odong-odong kalau anak saya susah makan.

Sambil menyuapi, saya sempatkan ngobrol dengan bapak itu yang diketahui bernama Karyo. Dilihat dari raut mukanya, bapak itu sudah tua. Bisa dibilang seumuran bapak saya. Namun, badannya masih terlihat tegap dan bugar. Tak terlihat sedikitpun rasa capek ataupun keluhan yang terpancar dari raut mukanya. Meskipun sudah ada lebih dari empat lagu yang diputar mengiringi kakinya mengayuh.Terlihat sekali beliau menikmati pekerjaannya mengayuh odong-odong. Tentu kalau saya yang melakukan itu, kaki saya sudah merasa pegal.

Pak Karyo ini orang rantau dari Jawa Tengah. Beliau mengambil profesi ini selain karena butuh pekerjaan, beliau belum menemukan pekerjaan lain yang cocok. Menurut si bapak, pekerjaan ini bisa membuatnya senang karena dia bisa menyenangkan orang lain terutama anak-anak. Kata beliau, "Ndelok bocah-bocah seneng, melu seneng mbak...". Maksudnya, melihat anak-anak senang, beliau juga ikut senang.
Apalagi kata beliau zaman sekarang sudah jarang yang melirik odong-odong karena kebanyakan anak-anak dikasih mainan sendiri di rumah. Seperti mengetahui isi kepala saya, beliau menjelaskan bahwa dalam sehari kadang banyak yang naik odong-odong, kadang tidak. Tapi beliau merasa cukup atas rezeki yang didapatnya. "Kalau banyak ya alhamdulillah, kalau ga ya disyukuri. Mungkin besok ada rezeki lagi".

Obrolan singkat saya dengan beliau, membuat saya belajar banyak hal. Terima kasih pak, secara tidak langsung bapak mengajari saya untuk harus selalu bersyukur, sabar jika belum menerima, dan bekerja dengan hati ikhlas serta mencintai pekerjaan itu.

You Might Also Like

0 comments